Wednesday, February 16, 2011

Koreografi

Bekerja pada koreografi untuk Merantau adalah pengalaman hebat. Semua anggota tim selalu terbuka untuk diskusi dan seluruh proses benar-benar sebuah kerja sama yang kolaboratif.

Pada Serbuan Maut, kami terus menggunakan pendekatan yang sama. Untuk pembuatan koreografi saya memberi tim beberapa hal yang mereka perlu ingat untuk koreografinya seperti situasi, lokasi, jumlah lawan, senjata tangan dan kemudian dari petunjuk-petunjuk inilah mereka mulai mendisain gerakan-gerakan. Saya bukan koreografer, dan saya hanya
memiliki pemahaman umum tentang silat sehingga semua elemen teknis dari koreografi sepenuhnya diserahkan kepada Iko Uwais dan Yayan Ruhian.


Diskusi ide untuk koreografi (Yayan, Esa dan Iko)
Peran saya adalah untuk membantu pembentukan koreografi “fight scene” dalam arti kecepatan fightnya, alur “fight scene” ,urutan para penyerang, dan menemukan momen pas untuk penonton bisa bernapas kembali setelah melihat fight scene yang sangat tegang. Kadang-kadang saya punya ide spesifik dalam pemikiran untuk urutan stunt tapi begitu adegan kembali ke koreografi fight maka tim koreografi kembali mengambil alih.

Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah menentukan para pemeran. Selama pra-produksi Berandal casting departemen kami Icha (Melisa Hana Kristianty), Fadi (Fadiptya Hadi) & Asep (Yoghi Andre Mulyanto) mencari para fighter dari berbagai latar belakang di Indonesia untuk bergabung dalam proyek film ini. Walaupun produksi film Berandal menjadi tertunda, tetapi kami cukup beruntung untuk tetap memiliki data-data fighter yang nama bisa kita ajak bergabung dalam Serbuan Maut.



Casting salah satu geng di Serbuan Maut

Dengan semua orang bersama-sama mereka kemudian latihan koreografi untuk mempelajari gerakan masing-masing, sambil membangun rasa percaya antara satu sama lain (ini sangat penting) sebelum aku melibatkan diri untuk membuat video storyboard untuk setiap sequence. Video storyboard pada dasarnya adalah rekaman pengadeganan menggunakan handycam dan di edit untuk menjadi patokan adegan dengan kualitas yang saya inginkan di
hasil film yang sudah jadi nanti.

Menggunakan masa pra-produksi untuk memperbaiki desain koreografi, pemilihan style shooting atau cara editing sebelum produksi dimulai sangat efektif dan berguna bagi kita karena kita tidak ada pengalaman dari pembuat film lain yang bekerja dalam genre yang sama sehingga proses ini sangat membantu untuk mematangkan persiapan menjelang produksi.

Kemudian di masa produksi kami menggunakan video storyboard sebagai template dan refrensi untuk semua departemen termasuk editor di lokasi kami yang kemudian menggantikan timelinenya dengan hasil shooting final yang di shot langsung dari kamera. Pastinya tidak mudah untuk mendapatkan hasil yang sempurna , dan proses editing di lokasi ini membantu kita untuk memastikan seyakin mungkin bahwa kita sudah mempunyai hasil shooting / adegan yang tidak memerlukan editing selanjutnya yang sulit dan hal-hal lain yang perlu di timbang sebelum kita melanjutkan ke adegan /lokasi berikutnya
.


Sebuah Pendekatan Baru

Sebelumnya di blog pertama saya berbicara tentang bagaimana saya bosan menonton film action di mana fokus dari film hanya ada di adegan actionnya. Sering kali saya duduk untuk nonton film dan merasa takjub dan kagum pada pengalaman nonton filmnya ke pertama kali tetapi kemudian ketika nonton film yang sama untuk ke 2 dan 3 kalinya saya akhirnya sering
skipping adegan-adegan yang non-action dan hanya ingin melihat adegan fight/actionnya saja. Apa yang saya telah harapkan dapat tercapai dengan Merantau dan apa yang saya berharap untuk tetap dicapai dengan Serbuan Maut adalah untuk membuat sebuah film yang bisa berfungsi sebagai film drama maupun action. Tapi sejujurnya Serbuan Maut ini akan menceriterakan drama yang tidak berat dengan action yang menendang dari 15mins awal film dan nyaris terus beraksi sampai akhir film.

Bila Anda nonton film seperti Ip Man atau Flashpoint yang membuat pertarungan /adegan action menjadi mendebarkan dan asik di tonton karena ini bukan koreografinya saja yang bagus tetapi karena kita sebagai penonton telah menginvestasikan waktu untuk mengenal betul para karakter dimana pertarungan mereka memberi arti dan tujuan yang lebih kepada para penonton . Itulah yang saya harap dapat di lakukan dalam film ini ; dengan memberi waktu dan kesempatan yang cukup kepada para penonton untuk mengenal para karakter dan alur cerita sehingga ketika adegan pertarungan / action mulai maka adegan-adegan action ini mempunyai bobot dan arti lebih dari hanya adegan pertarungan yang seru di tonton.

Perbedaan antara Serbuan Maut dan Merantau adalah format/cara presentasi kami tentang Silat. Karena karakter Iko di Merantau sebagai seseorang yang mencari solusi damai dalam menghadapi permasalahan maka karakter dan cara bela dirinya tidak terlalu menantang dimana bela dirinya menjadi lebih agresif nantinya sehubungan dengan alur cerita yang memberi alasan untuk ini. Namun dalam Serbuan Maut, serangan pada setiap situasi adalah masalah hidup atau mati sehingga desain koreografinya lebih menantang dan brutal. Para penonton akan mendapatkan kesan dan kepuasan yang berbeda dari adegan-adegan action dan stunts yang kami telah siapkan, ini lumayan mengesankan.

Perbedaan lain antara kedua film ini adalah bahwa kita menampung lebih banyak ragam gaya bertarung kali ini. Dengan setiap film yang kami produksi kami berharap dapat memperkenalkan bakat-bakat baru dimana kita memberikan kesempatan kepada pemain kita untuk menunjukkan kemahiran mereka dalam adegan pertarungan yang dirancang khusus untuk memperlihatkan keahlian mereka. Juara Judo Nasional, Joe Taslim akan berperan di dalam beberapa adegan brutal dimana ia memperlihatkan kemahiran teknik cengkraman, lemparan dan kekuatan bagian badan atas sementara Eka (kepada kalian yang mengenali dia sebagai salah satu stuntmen di Merantau) di beri peran sebagai salah satu anggota tim swat yang banyak bertarung di pertarungan kelompok.

Kami berusaha untuk membangun rasa hirarki di antara lawan yang mereka hadapi. Sebagai seorang anak yang besar mentonton Dick Wei yang luar biasa (di film My Lucky Stars, Heart of Dragon) yang muncul di film Jackie Chan selalu menjanjikan pertarungan yang lebih dari sekedar orang jahat dipukuli dengan beberapa tonjokan.

The legendary Dick Wei (狄威)

Orang ini adalah lawan yang tangguh, dan penantang serius untuk antagonis. Rencana saya adalah untuk membangun tingkat harapan tertentu pada penonton sehingga setiap lawan memberi unsur tantangan dan menyebabkan sebuah konflik.

Kami juga mengeksplorasi dalam hal gerakan kamera kali ini untuk mengakomodasi gaya pertarungan/ fight scenenya. Rencana kami adalah untuk benar-benar bereksperimen dengan fleksibilitas yang dapat dicapai karena adanya teknologi yang kami miliki dan mencoba mengetahui bagaimana ini dapat membantu koreografi.




Panasonic AG-AF100: Sangat ringan dan fleksibel, ini akan digunakan untuk
95% dengan PL Mount & Zeiss Cine Lens.
Panasonic AG-HCK10: Digunakan untuk shooting pada set/situasi yang
kecil dan sempit dan memberikan perspektif POV untuk beberapa adegan
pertarungan.
Pengujian kamera GoPro HD, kita kemudian memilih Panasonic AG-HCK10
dengan alasan stabilitas gambar yang lebih tajam saat gerakan cepat.

Kepada kalian-kalian yang agak khawatir, jangan cemas karena kita tidak akan kasih liat adegan-adegan fight yang close-up dengan editing yang cepat – tim kita kerja keras untuk berbulan-bulan mendesain koreographi yang keren dan canggih , dan saya bermaksud untuk memperlihatkannya dengan sebaik mungkin.


Q&A (Tanya & Jawab)
 

Tidak banyak pertanyaan kali ini, tapi aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya....


Q. Mau tanya dong, artis perempuan yang ada di film ini siapa ya? (From A-Bye)
A. Kami memiliki beberapa karakter perempuan dalam film ini, Rama (karakter Iko) memiliki istri yang sedang hamil pada awal film. Saya akan mengumumkan para pemain di blog selanjutnya, jadi sampai saat itu saya tidak akan menyebut nama-nama pemeran (walaupun para pemain sepertinya sudah pada tidak bisa menyimpan rahasia ini. Kalau anda benar-
benar harus tahu siapa yang terlibat, liat saja twitternya mereka)


Q. Bang Ray Sahetapy gabung di film ini juga ya? Apa jadi tama? Keren juga tuh. (From Sam Na'a)
A. Betul , Ray Sahetapy memang bergabung di film ini, dan ya ia akan memperankan Tama. Saya benar-benar tidak sabar untuk bekerja dengan dia di film ini. Ia ada beberapa adegan keren dimana saya sangat senang untuk bisa mendapatkan aktor senior seperti beliau yang mempunyai bakat akting yang sangat bagus. Saya akan beri informasi lebih rinci tentang casting di blog berikutnya..

Dan akhirnya tentang blog bootcamp dan hukuman perahu membawa pertanyaan favorit saya...

Q. Who fucked up? & Let me guess, was it Iko who fucked up?  

(From our awesomely loyal Facebook Fans Surya Adiputra & Narpati Wisjnu Ari Pradana)
Iko selalu salah-salah, itu saya jamin..hehe Tapi di bootcamp ini semua dari mereka membuat kesalahan dan syukurlah dengan begitu mereka sekarang bisa hormat dan tembak bidik kayak profesional.
 

Itu saja untuk minggu ini, seperti biasa, terima kasih untuk kalian yang membaca dan jika anda memiliki pertanyaan silahkan tanyakan ke bagian komentar di bawah ini.

Cheers!

Monday, February 7, 2011

Update

As some of you will notice, the blogs below have been translated to Indonesian. For the english language version I've copied across the content to the following url:


Alternatively, you can switch languages using the link on the top left in the "Change Language" tab. Also added is a subscription tab for anyone not refreshing this page every hour of every day :)

Choreography blog coming soon.

Thursday, February 3, 2011

Bootcamp

Dalam rangka persiapan para aktor film yang akan memerankan anggota utama dari Swat team kita kirim mereka untuk training bootcamp. Saya rasa persiapan seperti ini sangat penting karena dapat memberi kesempatan untuk merasakan pengalaman yang seasli mungkin dengan apa yang terjadi apabila mereka tim swat beneran, tapi ada bagian dari saya yang agak iseng yang pengen mereka untuk merasakan tantangan tambahan.

Kita beruntung untuk mendapat dukungan dari Kopaska (Komando Pasukan Katak –
Angkatan Laut Indonesia) sebagai instruktur mereka yang melatih mereka melalui kursus
intensif selama 5 hari sehingga mereka bisa belajar dasar-dasar penggunaan senjata,
serangan strategis dan teknik pertahanan. Mereka semua datang bersama-sama sebagai satu tim dan dinamisme mereka sebagai satu tim inilah yang akan saya garap di film ini.

Pengalaman bootcamp dan dedikasi dari semua partisipan ini melatih mereka untuk
berhadapan dengan tantangan yang besar dan kita juga memberikan beberapa catatan/
panduan untuk pengembangan rasa hirarki dan otoritas di antara mereka sebagai
sekelompok tim Joe Taslim. (pemeran “Jaka” di Film) menunjukkan persis kenapa ia menjadi pemeran ini karena ia memiliki sosok seorang yang bisa memimpin dalam kondisi dan situasi yang tidak mudah dan ia juga mempunyai “presence” sebagai seorang karakter yang sangat besar. Setelah melihat tingkat dedikasi dan komitmennya Joe terhadap proyek ini dari masa latihankoreografi sampai dengan bootcamp , saya rasa setalah ia selesai dengan proyek film ini , ia bisa menjadi seorang aktor besar.

Tim Behind the Scene (balik layar) telah mengambil rekaman pengalaman bootcamp mereka
dan nanti pada saat kita mulai merilis video blog materi video ini pasti akan menjadi bagian
dari Behind the Scene. 

Untuk sementara ini ada beberapa foto dari awal mereka ke bootcamp.

Hari Pertama: penjemputan pada pukul 04:00 pagi


Salah satu sesi latihan di bootcamp.







Mengangkat perahu sambil mengelilingi lapangan latihan – ini terjadi setiap ada
anggota yang satu membuat kesalahan.




Orientasi senjata.
Eka mencoba Heckler & Koch MP5
Iko Uwais di lapangan tembak.
Latihan keluar dari kendaraan “ vehicle exit technique”
Latihan pelacakan dan penangkapan #1
Latihan pelacakan dan penangkapan #2
Latihan pelacakan dan penangkapan #3
Latihan pelacakan dan penangkapan #4
Latihan pelacakan dan penangkapan #5
Tim SERBUAN MAUT.
…..dan sepertinya ada yang membuat kesalahan lagi.

Jadi sekian untuk minggu ini, setelah ini saya akan bicara lebih banyak tentang desain
koreografi dan cerita sedikit tentang Berandal juga. Kita saat ini sedang mempersiapkan materi-materi untuk confrensi pers untuk mengumumkan tentang mulainya produksi Film ini dalam beberapa minggu mendatang. Kita akan bikin “teaser poster” untuk Serbuan Maut, kalau sudah jadi saya post disini barengan sama materi-materi yang lain.

Apabila ada yang ingin bertanya-tanya jangan segan-segan untuk posting pertanyaannya disini di bagian komentar dan saya akan melakukan yang terbaik untuk menjawab sebanyak mungkin dari pertanyaan-pertanyaannya.
 
Terima kasih untuk telah membaca.

Wednesday, February 2, 2011

An Introduction

Saya jujur dari sekarang aja bahwa mungkin saya gak bisa jadi Blogger ideal.

Pasti akan ada saat-saat dimana saya lupa up date berhubung proses produksi akan
lebih sibuk , tapi saya harap saya tetap bisa memberi informasi sebanyak mungkin
mengenai proses shooting film baru kita ini
"Serbuan Maut" (aka The Raid).

Yayan Ruhian (kiri) dan Iko Uwais (kanan) latihan di kantor.

Ide "Serbuan Maut" datang setelah menghabiskan waktu selama satu tahun berbarengan dengan waktu itu kita lagi mencoba untuk memproduksi "Berandal". Berandal film penjara dan gangster yang pada awalnya dimaksudkan untuk menjadi film follow-up Iko setelah Merantau.

Tetapi semakin budget dan skala produksi Berandal mengembang, skala budget film di Indonesia makin mengecil. Dan setelah pemikiran yang matang kita merasa dari pada bikin filmnya setengah-setengah dan gak bisa lakukan adegan-adegan yang asik sepert apa yang kita harapkan dari awal, akhirnya kita memutuskan untuk tidak memproduksi Berandal, tapi untuk mengubah fokus dan menceritakan cerita yang berbeda, dimana kita bisa membuatnya tanpa mengorbankan kualitas dan menjaga keyakinan sang investor.

Bagi siapa yang belum tahu, inil sinopsis untuk film Serbuan Maut:

Sekelompok tim SWAT tiba di sebuah blok apartemen yang tidak terurus dengan misi
menangkap pemiliknya – seorang raja bandar narkotik bernama TAMA. Blok ini tidak
pernah digerebek atau pun tersentuh oleh Polisi sebelumnya. Sebagai tempat yang
tidak dijangkau oleh pihak berwajib, gedung tersebut menjadi tempat berlindung
para pembunuh, anggota geng, pemerkosa, dan pencuri yang mencari tempat
tinggal aman.

Mulai bertindak di pagi buta, kelompok SWAT diam-diam merambah ke dalam
gedung dan mengendalikan setiap lantai yang mereka naiki dengan mantap. Tetapi
ketika mereka terlihat oleh pengintai TAMA, penyerangan mereka terbongkar. Dari
penthouse suite-nya, TAMA menginstruksikan untuk mengunci gedung apartemen
dengan memadamkan lampu dan menutup semua jalan keluar.

Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang
diperintahkan oleh TAMA, tim SWAT harus berjuang melewati setiap lantai dan
setiap ruangan untuk menyelesaikan misi mereka dan bertahan hidup.

Inspirasi

Dari saya masih kecil, saya terobsesi dengan film Chow Yun Fat judulnya "Peace Hotel" (Disutradarai oleh Wai Ka Fai). Saya tidak bisa mendapatkan film ini di Inggris dan saya hanya punya gambar poster di bawah ini dan sinopsis filmnya.

Peace Hotel (1995)

Saya suka sekali dengan konsep sebuah bangunan terpencil yang menjadi tempat perlindungan bagi penjahat, tetapi ketika saya akhirnya bisa nonton filmnya lebih dari 15 tahun kemudian bayangan film yang saya perbayangkan sama sekali tidak sama dengan versi film asli yang saya tonton.

Saya telah membayangkan style filmnya agak “noir” dan agak gelap dengan adegan aksi yang terjadi di ruangan sempit / kecil dimana rasa takut dan bayangan para lawan menghantui mereka-mereka yang di incer. Saya juga membayangkan film ini akan memperlihatkan banyak adegan action tapi rupanya di filmnya malah lebih ada adegan-adegan yang agak romantic comedy.
 

Tetapi konsep utamanya nempel di kepala saya. 

Setelah menghabiskan banyak waktu duduk-duduk menunggu berhenti hujan pada waktu shooting "Merantau" saya berfikir bahwa film ke-2 nanti sebaiknya lebih banyak di atur di ruangan/ interior dan sepertinya sekitar 95% dari pemikiran saya saat itu akan benar.

Saya mulai menonton banyak film untuk mendapatka inspirasi , dari yang klasik seperti Assault on Precinct 13 dan Die Hard untuk riset struktur cerita, bagaimana mengembangkan adegan aksi dengan tidak memaksa.

Apa yang saya selalu ingin lakukan adalah menemukan cara untuk menggabungkan beberapa genre film yang berbeda dan dapat memberi kesan yang lebih besar untuk film-film laga aksi, jadi bukan hanya actionnya yang berkenan.

Saya tahu inilah yang para fans /penggemar dari genre-genre film action (termasuk saya) ingin lihat, apabila hanya adegan action yang di tunggu-tunggu dan adegan lain dari sebuah film tidak di nikmati maka saya rasa ini hal yang kurang menarik.

Di Serbuan Maut, kita berencana untuk mengeksplorasi gaya cinematography yang berbeda dan atmosfer film pun pelan-pelan berubah untuk memungkinkan perubahan “tone” dan “genre”.

Konsep utama dari tim swat terjebak di dalam gedung dengan penyerang yang mengelilingi mereka membuka banyak pilihan untuk kita tidak hanya untuk mengeksplorasi koreografi aksi namun untuk memberikan kesan tegang dan seram seperti horor.
 

Shooting di rencakan mulai pertengahan Maret di mana saya akan posting foto dan cerita tentang pengalaman kita shooting film. Sebelum itu kita harus menyelesaikan proses pre-production yang agak membosankan karena kita semua udah gak sabar untuk mulai shooting.

Nanti kalau kita ada pengumuman tentang para pemeran atau informasi lain yang
menarik akan saya post disini. Director of Photographer (DoP) kita Matt Flannery
akan post pengalaman dia untuk penggunaan camera Panasonic AG-AF100 dan hal-
hal lain seperti rigging yang di buat khusus untuk film ini.

Anda dapat menemukan blog-nya di:  http://matt-flannery.blogspot.com